STRATRLEGI REKRUTMEN 2017


PK. PMII CENDEKIA BOJONEGORO
Oleh: M. Arifin #23 Agustus 2017

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
- Pramoedya Ananta Toer

Pada tanggal 26 Juni lalu, perkuliahan telah dinyatakan memasuki masa libur kenaikan semester. Saya tidak akan membahas berapa lama dan untuk apa libur semester kali ini. Karena dibantahpun, setiap kali libur semester mulai berlaku. Pada akhirnya, pasti akan membuat kebahagiaan tersendiri bagi mereka yang sudah menekuni dunia profesionalismenya dan membuat semakin resah kaum organisator yang sebagian besar masih memegang teguh ke-Idealisme-nya, pengangguran. Dengan keyakikan bahwa, dunia profesionalis adalah dunia individualis dan kapitalis, hanya mementingkan perutnya sendiri dan kader adalah sebagai lahan untuk bercocok tanam. Mungkin itu hanya satu alasan saja kenapa mereka sedikit menentang kaum-kaum kapital. Maka diskusi rutin dengan senior sana dan sini, kader  ini dan itu adalah kegiatan utama kaum organisator. Selain untuk saling mempererat emosional barangkali juga berjodoh. Untuk kaum-kaum organisator yang masih berani bertahan menikmati kelaparan dimanapun anda berada, semoga kelak kalian menjadi orang-orang yang bahagia jiwanya, amin.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia biasa disingkat PMII adalah organisasi mahasiswa yang pada era 1998 berani menunjukkan taringnya dalam menggulingkan pemerintahan Bpk Pembangunan, Ir Soeharto yang terkenal dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotismenya. Tindakan tersebut sejalan dengan tujuan yang tercantum pada BAB IV pasal 4 AD PMII yang berbunyi “ Terbentuknya Pribadi Muslim Indonesia Yang Bertaqwa Kepada Allah SWT, Berbudi Luhur, Berilmu, Cakap Dan Bertanggung Jawab Mengamalkan Ilmunya Serta Komitmen Memperjuangkan Cita-Cita Kemerdekaan Indonesia.” Karena KKN dianggap tidak sejalan dengan cita-cita kemerdekaan yang tertuang didalam Lima Sila Repulik Indonesia.

PMII adalah Organisasi kader. Basis masa adalah yang utama. Namun, euphoria masa tanpa wacana itu kering. Pada tulisan kali ini saya akan lebih banyak membahas mengenai basis masa. Karena persoalan wacana itu persoalan yang kompleks dan juga akan panjang kalau sekalian kita bahas disini. Semoga saja hadir lagi nanti tulisan yang membahas tentang wacana. Sehingga, kita akan sedikit menciptkan formula wacana yang bisa diterapkan.

Sebagai organisasi kader yang berbasis masa. Maka, akan sangat dianggap penting kiranya didalam hal mereproduksi dan mencetak kader-kader militant baru guna untuk melanjutkan keberlangsungan organisasi yang sudah terlanjur besar ini.

Lalu, apa yang lebih menarik pada liburan kali ini? Setelah bercerita panjang lebar kini saya akan menulis inti pada topik pembahasan. REKRUITMEN! Hal yang menarik adalah liburan kali ini bebarengan dengan dibukanya tahun ajaran baru. Ketika semua mahasiswa pekerja disibukkan dengan kerjaanya, saya malah disibukkan berfikir tentang strategi bagaimana cara mengoleksi MABA untuk bersedia bergabung menjadi bagian dari PMII. Bukankah ini hal yang lucu? Sudah tidak mendapatkan gaji tapi saya malah ingin berfikir lebih keras.

Setelah melewati berbagai diskusi dan kritik saran. Maka, saya sebagai mahasiswa yang berlabel pengurus biro kaderisasi dengan sepenuh jiwa dan raga mencoba merumuskan strategi perekrutan dengan sistematis dan mempersembahkan sebuah skema strategi dibawah ini. (maaf terlalu mendramatisir hehe).
Ini bukan sebuah skema yang bertindak untuk menghakimi pihak, ataupun mendikte kehendak. Ini hanya sebuah gagasan yang ingin dicoba untuk disebarkan, dengan harapan ada sebuah interaktif solusi yang memang benar-benar layak untuk dijalankan. Sekali lagi, saya bukan siapa-siapa dalam tulisan ini.

Bisa saya katakan bahwa, tahun ini adalah perekrutan yang paling berisiko. Dimana komisariat telah memutuskan untuk mendeklarasikan rayon yang mewajibkan untuk merekrut minimal 15 anggota baru jika ingin menjadi rayon definitif dan disusul oleh minimnya pasukan tempur dari komisariat maupun kedua rayon persiapan. Risikonya jika kita tidak mampu mendefinitifkan rayon adalah kita selalu dalam pantauan senior dan komisariat lain. Namun, ketika saya dan sahabat Kukuh, Wahyu dan Sandy hendak mengeluhkan kondisi diatas, kami akan selalu mengingat beberapa quotes, yang salah satunya adalah “mereka yang menang adalah mereka yang lebih besar dari masalah”. Sontak, otak kami langsung kembali berpacu.

Setelah melewati perjalanan yang lumayan panjang dan rumit juga sudah banyak logistik yang saya konsumsi hingga akhirnya ada empat kurang lebihnya strategi yang bisa saya uraikan. Dan pastinya empat strategi ini tidak asal saja. Empat strategi ini telah menuai banyak kritik dan pujian kemudian saya mencoba merumuskan dengan berbagai pertimbangan yang sahabat pembacapun bisa mempertimbangannya sendiri dan kalau bisa juga memberi saya saran untuk strategi baru. Uraian ini semata-mata hanyalah untuk menginformasikan kepada sahabat pembaca. Barang kali bersedia mengkritik atau bahkan menerapkan untuk ditindak lanjuti. Andai seperti itu saya akan berterima kasih kepada sahabat-sahabat karena meskipun hanya sebuah kritikan menurut saya, itu adalah sebuah bentuk loyalitas sahabat untuk PMII.

Strategi pertama : Banner, output utama dari strategi ini adalah untuk Introduction, pengenalan. Mengabarkan bahwasanya ada PMII di kampus STIE Cendekia. Jika melalui media gambar dan tulisan para maba sudah sedikit mengenal, selanjutnya adalah memberi sedikit racikan strategi untuk menggiring dan membuatnya gol. Ini gambaran mudahnya. Bannernya juga tinggal cetak Namun pertimbanganya adalah citra PMII sudah terlanjur sedikit negatif. Memasang banner bisa jadi sama saja memasang boomerang. Citra PMII dimata dosen jarang masuk kelas dan citra PMII dimata mahasiswa yang menganggap sahabat-sahabat cenderung berkumpul dengan PMII. Hubungan sahabat-sahabat PMII dikampuspun masih belum tertata rapih. Selain itu maba masih dalam kondisi labil. Apakah mungkin mereka para dosen dan antek-anteknya berbicara tentang hebatnya PMII? Apakah kekuatan kata mampu mengalahkan kekuatan mulut? Saya rasa masih mustahil. Jadi, menurut saya pribadi, untuk strategi pertama ini mungkin masih kurang efektif dan dengan berbagai pertimbangan mungkin harus diurungkan.

Strategi kedua : Pelatihan Kewirausahaan dan Debat Kompetisi, sedikit saya informasikan bahwa pelatihan kewirausahaan adalah strategi dari ketua rayon lintang songo, sahabat Wahyu dan debat kompetisi adalah agenda dari ketua dua, sahabati Beti Andriani. Kedua agenda tersebut adalah agenda yang mempunyai nilai jual. Menawarkan wacana dan sisi keIntelektualan yang luar biasa. Jika kedua agenda ini terlaksana dengan optimal saya meyakini 80% maba akan tertarik dengan PMII. Lalu pertanyaanya, mampukah kita mengoptimalkan? Teringat nasehat dari senior dalam rangka mengikritisi kedua agenda ini, “kalau membuat agenda itu tidak usah terlalu muluk-muluk namun pada akhirnya tidak maksimal. Buat agenda itu yang biasa-biasa saja tapi dengan kemasan yang luar biasa, itu lebih baik.” Dan untuk pertimbangan lain, sahabat-sahabat bisa melihat kolom diatas. Setelah melihat kolom, jangan lupa dianalisa lalu bersaran!

Strategi terakhir : Pendampingan, mengutip Bahasa sahabat Taufik, “merakyat”. Saya rasa strategi terakhir ini mungkin yang paling efektif untuk diterapkan. Tidak banyak saya uraikan. Saya yakin sahabat-sahabat lebih cerdas menguraikan kolom diatas daripada saya sendiri. Sedikitnya seperti ini, maba pasti butuh teman. Maba pasti ada program PKM. Maba pasti butuh namanya UKM. Nah disitulah kita hadir untuk menjawab kegelisahan mereka, kena. Saya berharap bagi siapapun yang membaca tulisan ini untuk bersedia mendampingi para maba  pasti butuh teman. Maba pasti ada program PKM. Maba pasti butuh namanya UKM. Nah disitulah kita hadir untuk menjawab kegelisahan mereka, kena. Saya berharap bagi siapapun yang membaca tulisan ini untuk bersedia mendampingi para maba mengerjakan PKM, menjadi instruktur UKM dan sekurang-kurangnya hanya menjadai teman curhat. Juga jangan lupa untuk selalu membawa nama PMII agar direkomendasikan kepada mereka.

Saya yakin masih bersemayam semangat berPMII ditubuh kalian, tunjukkanlah! Saya percaya masih ada loyalitas yang bersembunyi di nadi kalian, bergeraklah! Jangan hanya pandai menjadi kritikus! Cobalah menjadi manusia yang bertransformatif! Bukankah dulu kita pernah bercerita tentang Paaradigma Kritis Transformatif. Jangan hanya berhenti di sudut kritis saja, karena itu tidak sejalan dengan paradigmanya PMII! Bukankah dulu kita juga pernah diajari tentang Analisa Wacana, Analisa Sosial, Strategi Pengembangan, Teknik Lobi dan Advokasi. Lalu untuk apa kita mempelajarinya jika hanya untuk menjadi pengetahuan? Bukankah pengetahuan itu ada untuk diterapkan? Jadi, disana ada ladang percobaan untuk menguji kemampuan kita dalam menerapkan ilmu. Jika kalian benar-benar petarung, mari bergerak! Jika kalian bukan petarung, saran saya, jangan jadi pecundang!
DZIKIR, FIKIR DAN AMAL SHOLEH!!! SALAM PERGERAKAN!!!